OSIS SMA NEGERI 1 CAMPALAGIAN MELAKSANAKAN KEGIATAN DIALOG REMAJA ISLAM DENGAN TEMA “MENYELAMATKAN GENERASI DARI BAHAYA BUDAYA VALENTINE DAYS”

SMANCA, 12 Februari 2023 – Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai induk Organisasi di SMA Negeri 1 Campalagian melaksanakan kegiatan Dialog Remaja Islam dengan Tema : “Menyelamatkan Generasi Dari Bahaya Budaya ValentineDays”.

Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Campalagian, Drs. Hasanuddin B dan dihadiri pula oleh Bapak Wakasek Kesiswaan, Muhammad Yusuf, S.Pd, Pembina Osis, para pengurus Osis dan diikuti oleh kurang lebih 30 peserta.

Hari Valentine atau disebut juga Hari Kasih Sayang, dirayakan tiap tanggal 14 Februari, Itu sebenarnya berasal dari  hari pesta Kristen yang menghormati satu atau dua martir Kristen bernama Santo Valentinus dan, melalui tradisi rakyat,, menjadi perayaan percintaan yang signifikan dalam budaya, agama kristen, dan komersil di banyak bagian dunia, jadi jelas bahwa hari valentine bukan budaya Islam yang diyakini sebagai budaya yang tak patut diteladani. Demikian terungkap dalam Dialog Remaja Islam yang berlangsung di Mushollah Babul Ilmi SMA Negeri 1 Campalagian.

Dalam Kegiatan Dialog yang diikuti sekitar 30 peserta tersebut, Badaruddin, S.Pd Selaku Narasumber mengupas tentang Fakta Kerusakan Remaja Islam Saat ini, yang sudah diketahui sebelumnya bahwa hari valentine adalah bukan budaya islam dan merupakan budaya musyrik (pagan), kafir (menyimpang), laghah (perbuatan sia-sia), tabdzir (menghambur-hamburkan harta), budaya kufur (tidak mengindahkan nilai-nilai kesyukuran), budaya mesum dan maksiat. Dengan alasan ini pula, budaya Valentine’s Day yang sebenarnya merupakan peradaban import di masyarakat Indonesia, dikhawatirkan akan merusak moral generasi muda Islam, hingga terjadi dekadensi moral di masyarakat muslim.

Sementara itu narasumber lain yaitu Fitriadi, S.Pt memberikan materi tentang Solusi Islam Terhadap Kerusakan Remaja. Pada hakikatnya rasa kasih sayang itu bisa diungkapkan tiap hari, Bersama orang tua, dan keluarga jadi tidak harus setiap tanggal 14 Februari. Dalam Islam untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dengan teman dan lawan jenis, ada media yang dinamakan ta’aruf.

Di mata Islam mencintai dan dicintai itu adalah “risalah” suci yang harus ditumbuh suburkan dalam dada setiap pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan. Islam tidak mengebiri fitrah manusia, Valentine’s day yang merupakan ungkapan kasih yang menyalurkan hasrat kasih sayang yang tidak sesui dengan aturan syariat dan itu jelas sekali  bukanlah bagian dari agama kita, juga saat ini dirayakan dengan menonjolkan aksi-aksi permisif, dengan lampu remang, dan lilin-lilin temaram. Meniru perilaku agama lain dan sekaligus melegalkan pergaulan bebas inilah yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.

Sebagai pribadi Muslim, tentunya nurani kita wajib menolak perayaan apa pun yang cenderung pada kemaksiatan dan melanggar norma agama, tak terkecuali Hari Kasih Sayang atau lebih dikenal dengan sebutan hari Valentine. Karena itu, hal yang paling penting bagi pemuda-pemudi Muslim adalah menolak untuk ikut-ikutan merayakannya.

Bukan tidak mungkin, cibiran atas aksi penolakan ini pasti ada dan nyata, dan tentu masih banyak juga kalangan yang menolak keras perayaan yang bisa merusak moral ini. Bila Valentine ini sudah menjadi budaya di Indonesia kelak, akan sulit untuk menghilangkannya. Karena itu, solusi yang bisa ditawarkan bagi generasi muda Islam adalah mengalihkan fokus tersebut dan menggantinya dengan kegiatan alternatif dan inovatif.

Sebagi Contoh misalnya upaya untuk merayakan Hijab Day pada 14 Februari merupakan salah satu upaya untuk mengalihkan energi generasi muda Islam dari Valentine. Langkah ini sangat baik dan sangat efektif bila menjadi agenda nasional generasi muda Islam Indonesia.

Selain itu pula dibutuhkan dukungan nyata dari pemerintah agar kampanye Hijab Day 14 Februari ini menjadi lebih besar dan mengalahkan kampanye perayaan Valentine yang bukan dari budaya islam dan lebih cenderung pada nilai moral negatif.

secara tegas Nabi Muhammad SAW mengingatkan, “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR Ahmad dan Abu Daud).

Para narasumber mengajak generasi muda Islam untuk menolak perayaan ini. Bahkan, penolakan ini perlu selalu disuarakan setiap tahun. Karena, dari generasi mudalah aset bangsa ini menjadi lebih baik. “Jika aset ini tidak dijaga baik-baik, lalu bagaimanakah negeri ini ke depannya,”. (Red)

Foto-foto Kegiatan :

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *